Serba Salah, Mau Kurus Risikonya Keracunan

Foto: thinkstock

Daegu, Tubuh gemuk benar-benar menyimpan penyakit. Saat seseorang berusaha untuk kurus, tabungan sakit itu baru akan muncul karena hancurnya lemak tubuh ternyata dapat melepaskan racun-racun berbahaya yang selama ini tertimbun.

Racun-racun yang dimaksud disebut sebagai Persistent Organic Polutant (POP). Keberadaannya di dalam peredaran darah berkaitan erat dengan risiko berbagai penyakit degeneratif (menurunnya fungsi tubuh) seperti arthritis, diabetes tipe-2 dan tekanan darah tinggi.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan para ahli dari Kyungpook National University di Korea, beberapa jenis POP tidak akan menyebabkan masalah ketika berada dalam bentuk terikat lemak. Semakin banyak lemak dalam tubuh, semakin banyak POP yang bisa diikat.

Masalahnya baru muncul ketika pemilik tubuh gemuk ingin kurus, namun tidak bisa mencapainya dalam waktu singkat. Hancurnya lemak tubuh secara perlahan dapat menyebabkan lepasnya POP secara bertahap sehingga darah akan terkontaminasi dalam waktu yang lama.

Dikutip dari CBS News, Rabu (8/9/2010), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa upaya menurunkan berat badan yang berlangsung hingga 10 tahun akan memberikan dampak paling buruk dari pencemaran POP. Semakin cepat mencapai berat badan ideal, semakin kecil dampak itu dirasakan.

Selain itu, banyaknya timbunan lemak di dalam tubuh juga mempengaruhi besar kecilnya risiko untuk mengalami keracunan. Semakin banyak lemak yang harus dihancurkan, maka kemungkinan racun POP yang akan dilepaskannya juga akan semakin besar.

Namun yang jelas, penelitian ini bukan untuk menakut-nakuti pemilik tubuh gemuk yang ingin kurus. Duk-Hee, pakar kesehatan yang memimpin penelitian itu mengatakan pihaknya tengah mempelajari lebih lanjut apakah dampak buruk dari lepasnya racun POP itu akan menutupi manfaat dari penurunan berat badan secara umum.