Hormon ini bisa meningkatkan rasa empati sehingga disebut juga hormon cinta. Pada wanita, hormon ini juga memegang peran penting untuk mencapai orgasme.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh tim dari Seaver Autism Center dan Columbia University, oksitosin terbukti dapat mengatasi rasa malu. Namun terapi hormon ini tidak efektif pada individu yang secara alami sudah cukup percaya diri.
Pembuktian tersebut melibatkan 27 orang dewasa yang mendapat semprotan oksitosin dan plasebo secara acak. Setelah disemprot di hidung, para partisipan menjalani tes untuk mengukur tingkat empati dan kemampuannya dalam memahami perasaan orang lain.
Pada partisipan yang aslinya punya sifat pemalu, semprotan oksitosin di hidung ternyata efektif meningkatkan rasa empati dan mengurangi rasa malu. Namun pada partisipan yang aslinya sangat percaya diri, efeknya tidak terlalu kelihatan.
Hal ini membuktikan bahwa oksitosin memberikan efek secara selektif dalam meningkatkan kognisi sosial. Efeknya hanya muncul jika terdapat ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan seseorang tidak cakap dalam bersosialisasi.
"Meski masih harus diteliti lebih lanjut, hasil ini menunjukkan bahwa oksitosin berpotensi untuk mengobati masalah pergaulan pada penderita gangguan fungsi sosial termasuk autis," ungkap Prof Jennifer Bartz seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (24/9/2010).
Komentar
Posting Komentar
Silahkan komentar yang sopan dan menggunakan bahasa Indonesia